Rabu, 11 September 2024

STRUKTUR dan KAIDAH KEBAHASAAN TEKS ANEKDOT

 A. Struktur teks anekdot

Suatu anekdot dibentuk oleh orientasi, komplikasi, dan evaluasi.

1.      Orientasi adalah bagian anekdot yang berisi pengenalan kondisi atau karakter tokoh, penggambaran hal-hal terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana, dan gambaran tentang masalah yang akan dihadapi tokoh.

Contoh:

Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.

2.    Komplikasi berisi masalah yang dihadapi tokoh. Pada bagian ini, penulis menyampaikan puncak cerita yang mengundang tawa sekaligus kritikan terhadap topik yang diangkat. Bagian ini disebut juga dengan krisis dan reaksi. Krisis atau komplikasi merupakan bagian yang berisi kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa. Tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya disebut sebagai reaksi. Reaksi dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.

Contoh:

Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.”

“Nak, Jakarta banjir.”

“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.”

“Nak, perahunya bocor.”

“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.”

“Cerdas!”

3.      Evaluasi berisi komentar terhadap isi atau pesan dari fenomena yang telah diceritakan. Bagian ini disebut juga sebagai koda. Namun, bagian ini bersifat pilihan; dapat ada ataupun tidak ada.

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan.

B.    Kaidah Kebahasaan dalam Anekdot

Anekdot memiliki ciri kebahasaan sebagai berikut.

1.      Menggunakan Kalimat Retoris

2.      Menggunakan Konjungsi Waktu

3.      Menggunakan Kalimat Tanya

4.      Menggunakan Kalimat Imperatif

5.      Menggunakan Kata Kerja Material

6.    Menggunakan Majas Sindiran

Teks Anekdot

                                                            Antrean Raskin

Alkisah suatu hari ada pembagian beras untuk keluarga miskin alias raskin. Pembagian beras itu dilaksanankan di balai desa. Masyarakat harus mengantre untuk mendapatkan beras itu. Karena antrean terlalu panjang, salah satu warga yang ikut mengantre pun marah-marah.

"Ini pasti gara-gara kepala desa yang korupsi, kita jadi susah begini," kata warga tersebut.

Karena jengkel, dia lantas mendatangi rumah kepala desa sembari berkata, "Kalau begini caranya, saya akan melengserkan kepala desa sekarang juga."

Sesampainya di rumah kepala desa, ternyata sudah banyak orang mengantre untuk menghakimi kepala desa. Bahkan, antrean di rumah kepala desa lebih panjang daripada antrean di tempat pembagian raskin.

Warga yang tadi meninggalkan antrean pembagian raskin dengan kesal ngomel sendiri, "Kalau harus ngantre juga, mendingan ngantre raskin."

Kuis : https://depo.intanonline.com/PRO/INTERAKTIF/2022_0402_19/index.html


Senin, 09 September 2024

Pembelajaran Sosial Emosional

Pernahkah kalian dengar Pembelajaran Sosial Emosional?

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam memahami dan mengelola emosi mereka sendiri, membangun hubungan yang positif dengan orang lain, membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan menyelesaikan masalah secara efektif. Singkatnya, PSE membantu anak-anak untuk menjadi individu yang berempati, percaya diri, dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan. 

A.   Kesadaran Diri: Ini melibatkan kemampuan untuk mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta memiliki rasa percaya diri. Siswa yang memiliki kesadaran diri yang baik mampu memahami dan mengartikulasikan perasaan mereka dengan lebih baik.

B.    Pengelolaan Diri: Ini mencakup kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku dalam berbagai situasi. Mengembangkan keterampilan ini membantu siswa tetap tenang dan fokus saat menghadapi stres atau tantangan.

C.   Kesadaran Sosial: Ini adalah kemampuan untuk memahami perspektif dan perasaan orang lain, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang dan budaya yang berbeda. Kesadaran sosial membantu siswa berempati dan terlibat dalam interaksi yang positif dengan orang lain.

D. Keterampilan Relasi: Ini melibatkan kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan saling mendukung. Keterampilan ini termasuk komunikasi yang efektif, kerjasama, resolusi konflik, dan kemampuan untuk meminta dan memberikan bantuan.

E.   Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: Ini adalah kemampuan untuk membuat pilihan yang konstruktif tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial berdasarkan standar etika, keamanan, dan norma sosial. Siswa diajarkan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka dan membuat keputusan yang mendukung kesejahteraan diri dan orang lain.

Pembelajaran Sosial Emosional penting karena membantu siswa tidak hanya dalam aspek akademis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Studi menunjukkan bahwa siswa yang memiliki keterampilan sosial-emosional yang baik cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih tinggi, hubungan sosial yang lebih baik, dan kesejahteraan mental yang lebih baik. Implementasi PSE dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti diskusi kelompok, permainan peran, proyek kolaboratif, dan refleksi pribadi.